"Marilah kita bertolak ke seberang."
(2Sam 12:1-7a.11-17; Mrk 4:35-41)
"Pada hari itu, waktu hari sudah petang, Yesus berkata kepada mereka: "Marilah kita bertolak ke seberang." Mereka meninggalkan orang banyak itu lalu bertolak dan membawa Yesus beserta dengan mereka dalam perahu di mana Yesus telah duduk dan perahu-perahu lain juga menyertai Dia. Lalu mengamuklah taufan yang sangat dahsyat dan ombak menyembur masuk ke dalam perahu, sehingga perahu itu mulai penuh dengan air. Pada waktu itu Yesus sedang tidur di buritan di sebuah tilam. Maka murid-murid-Nya membangunkan Dia dan berkata kepada-Nya: "Guru, Engkau tidak perduli kalau kita binasa?" Ia pun bangun, menghardik angin itu dan berkata kepada danau itu: "Diam! Tenanglah!" Lalu angin itu reda dan danau itu menjadi teduh sekali. Lalu Ia berkata kepada mereka: "Mengapa kamu begitu takut? Mengapa kamu tidak percaya?" Mereka menjadi sangat takut dan berkata seorang kepada yang lain: "Siapa gerangan orang ini, sehingga angin dan danau pun taat kepada-Nya?" (Mrk 4:35-41), demikian kutipan Warta Gembira hari ini.
Berrefleksi atas bacaan-bacaan hari ini saya sampaikan catatan-catatan sederhana sebagai berikut:
· Mengadakan perjalanan di malam hari, apalagi dengan berlayar di lautan luas, pada umumnya sarat dengan tantangan dan persoalan, mengingat malam hari adalah waktu beristirahat dan sering para penjahat juga beraksi. "Marilah kita bertolak ke seberang", demikian ajakan Yesus kepada para murid, dan malam itu pun mereka dengan perahu menyeberangi danau. Tiba-tiba "mengamuklah aufan sangat dahsyat dan ombak menyembur masuk ke dalam perahu" yang membuat para murid sangat ketakutan, padahal Tuhan Yesus berada di tengah-tengah mereka. SabdaNya akhirnya mampu menenangkan taufan dan ombak serta hati mereka. "Marilah kita bertolak ke seberang" juga merupakan ajakan Yesus kepada kita semua, tentu saja lebih dalam arti bahwa kita hendaknya 'keluar dari diri sendiri', alias aktif dan dinamis dengan menghadirkan diri dalam berbagai kepentingan dan pelayanan demi kebahagiaan dan kesejahteraan bersama. Memang ketika kita menjadi aktif dan dinamis, 'keluar dari diri sendiri', pasti akan menghadapi aneka tantangan, hambatan atau masalah, yang mengancam nyawa atau hidup kita. Tetapi percayalah bahwa Tuhan senantiasa menyertai kita, jika kita 'keluar dari diri sendiri' sesuai dengan kehendak atau perintahNya; temukan kehadiranNya dalam diri saudara-saudari kita yang berkehendak baik. Percayalah bahwa dalam perjalanan anda untuk melaksanakan kehendak Tuhan di tengaah-tengah jalan pasti akan banyak orang yang siap sedia memberi pertolongan dan dukungan. Di dunia ini mereka yang baik atau berkehendak baik lebih banyak daripada yang berkehendak jahat.
· "Beginilah firman TUHAN: Bahwasanya malapetaka akan Kutimpakan ke atasmu yang datang dari kaum keluargamu sendiri. Aku akan mengambil isteri-isterimu di depan matamu dan memberikannya kepada orang lain; orang itu akan tidur dengan isteri-isterimu di siang hari. Sebab engkau telah melakukannya secara tersembunyi, tetapi Aku akan melakukan hal itu di depan seluruh Israel secara terang-terangan" (2Sam 12:11-12), demikian firman Tuhan bagi Daud yang telah berbuat dosa. Orang berbuat dosa atau melakukan kejahatan, misalnya mencuri, korupsi, berzinah dst..pada umumnya memang secara sembunyi-sembunyi atau diam-diam agar tidak diketahui orang lain. Namun betapa rapinya orang menyembunyikan kejahatannya pada suatu saat akan terbongkar juga, dan pembongkaran tidak sembunyi-sembunyi atau diam-diam, melainkan secara terbuka dan terang-terangan, entah secara informal maupun formal. Secara informal artinya kejahatan orang yang berangkutan menjadi percaturan atau omongan banyak orang di berbagai tempat, sedangkan secara formal berarti dibuka dan dibicarakan dalam proses pengadilan. Maka dengan ini kami berharap kepada mereka yang telah berbuat jahat atau berdosa: hendaknya sedini mungkin mengakui dosa dan kejahatannya daripada kelak kemudian hari dibuka orang lain dan dengan demikian tersebar luas serta mencelakakan. Ketika ada orang yang mengingatkan kejahatan atau dosa kita, sebagaimana Natan mengingatkan Daud, hendaknya dengan jujur dan terbuka mengakui seperti Daud yang berkata "Aku sudah berdosa kepada TUHAN.". Tuhan akan mengampuni dosa dan kesalahan kita, dan memang sebagai tebusan atau denda dosa ada kemungkinan kita harus berkorban atau melakukan dan melihat sesuatu yang kurang enak dan kurang membahagiakan, sebagaimana akan dilihat oleh Daud dalam keturunannya. Ada kemungkinan karena dosa dan kejahatan kita, anak-anak atau generasi penerus kita menderita cacat tertentu, meskipun kita sudah bertobat.
"Jadikanlah hatiku tahir, ya Allah, dan perbaharuilah batinku dengan roh yang teguh! Janganlah membuang aku dari hadapan-Mu, dan janganlah mengambil roh-Mu yang kudus dari padaku! Bangkitkanlah kembali padaku kegirangan karena selamat yang dari pada-Mu, dan lengkapilah aku dengan roh yang rela! Maka aku akan mengajarkan jalan-Mu kepada orang-orang yang melakukan pelanggaran, supaya orang-orang berdosa berbalik kepada-Mu" (Mzm 51:12-15).
Jakarta, 30 Januari 2010
0 komentar:
Posting Komentar