Fans Page Facebook http://imankatolik.or.id

imankatolik.or.id on Facebook

Kamis, 28 Januari 2010

29 Jan - 2Sam 11:1-4a.5-10a.13-17; Mrk 4:26-34

"Kerajaan itu seumpama biji sesawi yang ditaburkan di tanah".

(2Sam 11:1-4a.5-10a.13-17; Mrk 4:26-34)

 

"Lalu kata Yesus: "Beginilah hal Kerajaan Allah itu: seumpama orang yang menaburkan benih di tanah, lalu pada malam hari ia tidur dan pada siang hari ia bangun, dan benih itu mengeluarkan tunas dan tunas itu makin tinggi, bagaimana terjadinya tidak diketahui orang itu. Bumi dengan sendirinya mengeluarkan buah, mula-mula tangkainya, lalu bulirnya, kemudian butir-butir yang penuh isinya dalam bulir itu. Apabila buah itu sudah cukup masak, orang itu segera menyabit, sebab musim menuai sudah tiba." Kata-Nya lagi: "Dengan apa hendak kita membandingkan Kerajaan Allah itu, atau dengan perumpamaan manakah hendaknya kita menggambarkannya? Hal Kerajaan itu seumpama biji sesawi yang ditaburkan di tanah. Memang biji itu yang paling kecil dari pada segala jenis benih yang ada di bumi. Tetapi apabila ia ditaburkan, ia tumbuh dan menjadi lebih besar dari pada segala sayuran yang lain dan mengeluarkan cabang-cabang yang besar, sehingga burung-burung di udara dapat bersarang dalam naungannya." Dalam banyak perumpamaan yang semacam itu Ia memberitakan firman kepada mereka sesuai dengan pengertian mereka, dan tanpa perumpamaan Ia tidak berkata-kata kepada mereka, tetapi kepada murid-murid-Nya Ia menguraikan segala sesuatu secara tersendiri"(Mrk 4:26-34), demikian kutipan Warta Gembira hari ini

 

Berrefleksi atas bacaan-bacaan hari ini saya sampaikan catatan-catatan sederhana sebagai berikut:

·   Kerajaan Allah berarti Allah yang meraja; Ia meraja melalui ciptaan-ciptaanNya di bumi ini, lebih-lebih atau terutama dalam diri manusia, yang diciptakan sesuai dengan gambar atau citraNya, yang berbudi pekerti luhur atau cerdas spiritual. Orang yang berbudi pekerti luhur yang senantiasa bergaul dengan sesamanya, maka ia semakin berbudi pekerti luhur, senang berbuat baik kepada sesamanya, dan dengan demikian semakin banyak orang tertarik kepadanya, meneladan cara hidup dan cara bertindaknya. Maka baiklah kami mengingatkan dan mengajak anda sekalian: jika ada kesempatan untuk berbuat baik, meskipun hanya sedikit atau sederhana, hendaknya tidak disia-siakan. Hal yang sama terjadi juga dalam 'pengetahuan atau ilmu'. Jika ada memiliki pengetahuan atau ilmu tertentu hendaknya jangan hanya dinikmati sendiri, karena dengan demikian pengetahuan atau ilmu tersebut akan segera 'habis', melainkan berikan atau sampaikan kepada orang lain. Pengetahuan atau ilmu semakin diberikan atau disampaikan kepada orang lain tak akan pernah berkurang melainkan semakin bertambah, mantap dan berkembang. Mereka yang kaya akan pengetahuan atau ilmu akhirnya pasti akan dicari atau didatangi oleh banyak orang untuk belajar atau menimba pengetahuan atau ilmu, dan dengan demikian yang bersangkutan juga semakin tambah kenalan, sahabat dan kawan. Dengan kata lain kami berharap pada kita semua: hendaknya jangan pelit dalam berbuat baik, memberikan pengetahuan atau ilmu kepada orang lain.

·   "Tempatkanlah Uria di barisan depan dalam pertempuran yang paling hebat, kemudian kamu mengundurkan diri dari padanya, supaya ia terbunuh mati." (2Sam 11:15), demikian isi surat raja Daud kepada Yoab, komandan perang kerajaannya. Sebagaimana kebaikan atau ilmu semakin diberikan semakin besar dan mantap, demikian juga kejahatan. Daud tergiur pada kecantikan dan kemolekan isteri Uria, dan kemudian 'mengasihinya' alias berselingkuh dan berbuahkan kehamilan akhirnya tumbuh berkembang menjadi pembunuhan Uria secara halus. Dari ketertarikan dan kegaguman berkembang ingin memiliki dan menguasai akhirnya mencelakakan orang lain itulah yang terjadi. Di dunia ini memang banyak hal yang menarik, memikat dan mempesona, entah itu tanaman, binatang maupun manusia; semuanya akan tetap menarik, memikat dan mempesona selama orang tidak tergerak untuk memiliki dan menguasai apalagi menikmati. Baiklah ketika anda seorang lelaki melihat gadis atau perempuan cantik, hendaknya tidak terjatuh untuk memiliki dan menguasai atau menikmati, seperti dilakukan oleh Daud. Apa yang dilakukan oleh Daud pada masa kini mungkin juga dilakukan oleh mereka yang berkuasa dan punya harta atau uang. Dan rasanya yang mudah menyeleweng dalam hal seksual adalah laki-laki daripada perempuan. Maka kepada rekan laki-laki kami berharap tidak tergoda untuk melakukan sebagaimana dilakukan Daud, sebaliknya kepada rekan-rekan perempuan kami juga berharap hendaknya ketika dirayu oleh laki-laki tidak begitu saja menyerah, dan juga menghadirkan sedemikian rupa sehingga tidak merangsang rekan laki-laki untuk berbuat jahat atau amoral.

 

"Kasihanilah aku, ya Allah, menurut kasih setia-Mu, hapuskanlah pelanggaranku menurut rahmat-Mu yang besar! Bersihkanlah aku seluruhnya dari kesalahanku, dan tahirkanlah aku dari dosaku! Sebab aku sendiri sadar akan pelanggaranku, aku senantiasa bergumul dengan dosaku. Terhadap Engkau, terhadap Engkau sajalah aku telah berdosa dan melakukan apa yang Kauanggap jahat, supaya ternyata Engkau adil dalam putusan-Mu, bersih dalam penghukuman-Mu.Sesungguhnya, dalam kesalahan aku diperanakkan, dalam dosa aku dikandung ibuku" (Mzm 51:3-7).

Jakarta, 29 Januari 2010         


0 komentar: