"Bangkitlah dan angkatlah mukamu sebab penyelamatanmu sudah dekat."
(Dan 6:12-28; Luk 21:20-28)
"Apabila kamu melihat Yerusalem dikepung oleh tentara-tentara, ketahuilah, bahwa keruntuhannya sudah dekat. Pada waktu itu orang-orang yang berada di Yudea harus melarikan diri ke pegunungan, dan orang-orang yang berada di dalam kota harus mengungsi, dan orang-orang yang berada di pedusunan jangan masuk lagi ke dalam kota, sebab itulah masa pembalasan di mana akan genap semua yang ada tertulis. Celakalah ibu-ibu yang sedang hamil atau yang menyusukan bayi pada masa itu! Sebab akan datang kesesakan yang dahsyat atas seluruh negeri dan murka atas bangsa ini, dan mereka akan tewas oleh mata pedang dan dibawa sebagai tawanan ke segala bangsa, dan Yerusalem akan diinjak-injak oleh bangsa-bangsa yang tidak mengenal Allah, sampai genaplah zaman bangsa-bangsa itu." "Dan akan ada tanda-tanda pada matahari dan bulan dan bintang-bintang, dan di bumi bangsa-bangsa akan takut dan bingung menghadapi deru dan gelora laut. Orang akan mati ketakutan karena kecemasan berhubung dengan segala apa yang menimpa bumi ini, sebab kuasa-kuasa langit akan goncang. Pada waktu itu orang akan melihat Anak Manusia datang dalam awan dengan segala kekuasaan dan kemuliaan-Nya. Apabila semuanya itu mulai terjadi, bangkitlah dan angkatlah mukamu, sebab penyelamatanmu sudah dekat."(Luk 21:20-28), demikian kutipan Warta Gembira hari ini.
Berrefleksi atas bacaan-bacaan hari ini saya sampaikan catatan-catatan sederhana sebagai berikut:
· Ketika terjadi musibah, bencana alam atau aneka kecelakaan sering orang termotivasi untuk mengarahkan diri pada Yang Ilahi, sambil bertanya-tanya dalam hati: apa yang sebenarnya menjadi kehendak Tuhan atau Yang Ilahi? "Apabila semuanya itu mulai terjadi, bangkitlah dan angkatlah mukamu, sebab penyelamatanmu sudah dekat", demikian jawaban atau tanggapan Yesus. Dengan kata lain kita diingatkan dan diajak untuk semakin mempersembahkan diri kepada Tuhan. Maka baiklah kita lihat dan sikapi aneka peristiwa yang membawa celaka atau sengsara sebagai peringatan Tuhan perihal cara hidup dan cara bertindak kita yang tidak sesuai dengan kehendak Tuhan. Berbagai musibah atau kecelakaan hemat saya karena kelalaian atau kesambalewaan manusia dalam melaksanakan tugas pengutusan atau kewajibannya, dengan kata lain karena 'human error'. Ingat motto 'the man behind the gun' , segala sesuatu yang terjadi di dunia ini karena perilaku manusia. Banjir bandang dan kebakaran hutan karena keserakahan manusia mengeruk dan menguras alam ciptaan Tuhan, kecelakaan aneka jenis kendaraan, yang sering dikatakan karena mesin, hemat saya juga karena ketidak-cermatan atau kecerobohan manusia., dst. Di zaman yang ditandai oleh kemajuan sarana teknologi pada masa kini rasanya cukup banyak orang menjadi korban teknologi; dengan kata lain ada usaha manusia menghancurkan sesamanya. Berbagai produk teknologi, misalnya aneka jenis sabun, wewangian, dst.. juga mengancam hidup manusia. Sabda Yesus di atas kiranya mengajak kita semua untuk kembali ke alam, back to basic, misalnya dalam hal makan dan minum hendaknya apa yang sehat yang disantap, bukan apa yang enak, tidak serakah mengeruk dan menguras alam.
· "Daniel, hamba Allah yang hidup, Allahmu yang kausembah dengan tekun, telah sanggupkah Ia melepaskan engkau dari singa-singa itu?"(Dan 6:21), demikian kata orang yang melemparkan Daniel ke gua singa-singa. Daniel akhirnya memang selamat, singa-singa tidak berbuat apa-apa kepadanya, bahkan bersahabat. Kebuasan singa dapat dikalahkan oleh kesucian Daniel. Apa yang terjadi dalam diri Daniel ini kiranya merupakan suatu pelajaran menarik bagi kita semua orang beriman. Bersama dan bersatu dengan Tuhan alias hidup suci akan mampu mengalahkan dan mengatasi aneka rayuan dan godaan setan, yang merajalela di sana-sini. Maka mungkin anda harus menghadapi pribadi-pribadi yang nampak seram, angker dan menakutkan, hendaknya dihadapi bersama dan dalam Tuhan alias dengan rendah hati dan lemah lembut serta sabar. Ingat motto bahwa "orang sabar disayang Tuhan', dan hayati motto ini dalam hidup sehari-hari. Kita boleh belajar dari para pawing binatang buas juga: binatang buas didekati dengan dan dalam kasih akhirnya menjadi sahabat. Apakah manusia kalah dengan binatang? Binatang saja dapat diajak bersahabat, apalagi manusia. Pada hari-hari terakhir tahun Liturgy ini kita diajak mawas diri: sejauh mana kita sungguh bersahabat dengan sesama manusia serta lingkungan hidup kita serta ciptaan-ciptaan Tuhan lainnya di bumi ini? Semuanya diciptakan oleh Tuhan baik adanya, maka ketika ada yang tidak baik berarti ada perilaku manusia yang tidak sesuai dengan kehendak Tuhan alias berdosa.
"Pujilah Tuhan, hai embun dan salju yang membadai, nyanyikanlah dan tinggikanlah Dia selama-lamanya. Pujilah Tuhan, hai es dan kedinginan, nyanyikanlah dan tinggikanlah Dia selama-lamanya. Pujilah Tuhan, hai embun beku dan salju, nyanyikanlah dan tinggikanlah Dia selama-lamanya. Pujilah Tuhan, hai siang dan malam, nyanyikanlah dan tinggikanlah Dia selama-lamanya. Pujilah Tuhan, hai cahaya dan kegelapan, nyanyikanlah dan tinggikanlah Dia selama-lamanya.Pujilah Tuhan, hai halilintar dan awan-kemawan, nyanyikanlah dan tinggikanlah Dia selama-lamanya. Biarlah bumi memuji Tuhan, nyanyikan dan meninggikan Dia selama-lamanya" (Dan 3:68-74)
Jakarta, 26 November 2009
0 komentar:
Posting Komentar