"Kamu juga harus bersaksi, karena kamu dari semula bersama-sama dengan Aku."
(Kis 16:11-15; Yoh 15:26-16:4a)
"Jikalau Penghibur yang akan Kuutus dari Bapa datang, yaitu Roh
Kebenaran yang keluar dari Bapa, Ia akan bersaksi tentang Aku. Tetapi
kamu juga harus bersaksi, karena kamu dari semula bersama-sama dengan
Aku." "Semuanya ini Kukatakan kepadamu, supaya kamu jangan kecewa dan
menolak Aku. Kamu akan dikucilkan, bahkan akan datang saatnya bahwa
setiap orang yang membunuh kamu akan menyangka bahwa ia berbuat bakti
bagi Allah. Mereka akan berbuat demikian, karena mereka tidak mengenal
baik Bapa maupun Aku. Tetapi semuanya ini Kukatakan kepadamu, supaya
apabila datang saatnya kamu ingat, bahwa Aku telah mengatakannya
kepadamu."(Yoh 15:26-16:4a), demikian kutipan Warta Gembira hari ini
Berrefleksi atas bacaan-bacaan hari ini saya sampaikan catatan-catatan
sederhana sebagai berikut:
• Hidup beriman berarti membaktikan diri sepenuhnya kepada Tuhan,
sehingga kapan pun dan dimana pun senantiasa hidup dan bertindak
bersama dan bersatu dengan Tuhan. Sabda Yesus hari ini mengingatkan
dan mengajak kita semua agar kita tidak takut memberi kesaksian
kesatuan dan kebersamaan kita dengan Tuhan. Kesaksian merupakan cara
pewartaan utama dan pertama bagi kita semua yang mendambakan
mewartakan iman kepercayaan kita pada Tuhan kepada orang lain, bukan
kata-kata atau omongan. Pengalaman menunjukkan bahwa banyak orang
semakin beriman, semakin membaktikan diri kepada Tuhan, karena melihat
orang yang sungguh menghayati imannya dalam cara hidup dan cara
bertindak. Kami berharap kepada para orangtua dapat menjadi teladan
hidup beriman bagi anak-anaknya, dan tentu saja juga mendidik dan
membina anak-anak untuk menjadi saksi iman bagi teman-temannya. Kepada
kita semua kami harapkan sungguh menjadi saksi iman serta lebih
melihat kesaksian iman orang lain alias kebaikan dan keunggulannya
dari pada kejahatan dan kelemahannya. Marilah kita ingat peringatan
Yakobus bahwa iman tanpa perbuatan adalah mati. Semoga kita semua
dalam dan dengan semangat iman hidup bermasyarakat, berbangsa dan
bernegara, sehingga kehidupan bersama sebagai warganegara atau warga
masyarakat dalam keadaan damai sejahtera, selamat dan bahagia,
sebagaima kita dambakan. Cara hidup dan cara bertindak kita hendaknya
menjadi penghiburan bagi orang lain, sepak terjang dan gerak-gerik
kita dimana pun dan kapan pun senantiasa membahagiakan dan menghibur
orang lain, sehingga mereka semakin bergairah dalam hidup beriman.
• "Seorang dari perempuan-perempuan itu yang bernama Lidia turut
mendengarkan. Ia seorang penjual kain ungu dari kota Tiatira, yang
beribadah kepada Allah. Tuhan membuka hatinya, sehingga ia
memperhatikan apa yang dikatakan oleh Paulus. Sesudah ia dibaptis
bersama-sama dengan seisi rumahnya, ia mengajak kami, katanya: "Jika
kamu berpendapat, bahwa aku sungguh-sungguh percaya kepada Tuhan,
marilah menumpang di rumahku." Ia mendesak sampai kami menerimanya."
(Kis 16:14-15). Perempuan pada umumnya lebih memiliki kepekaan untuk
mendengarkan daripada laki-laki, demikian juga dalam kegiatan
lingkungan seperti doa bersama pada umumnya lebih banyak kaum
perempuan atau ibu yang hadir daripada laki-laki atau bapak. Dalam
kutipan di atas ini dikisahkan bahwa seorang bernama Lidia membuka
hatinya kepada Tuhan, 'sehingga ia memperhatikan apa yang dikatakan
oleh Paulus'. Membuka hati serta memperhatikan apa yang dikatakan
orang lain itulah kiranya yang harus kita lakukan masa kini, dengan
kata lain marilah saling mendengarkan satu sama lain dalam dan dengan
keterbukaan hati dan kerendahan hati. Sebagai umat beriman kiranya
kita juga dapat meneladan Lidia yang membuka rumahnya bagi orang lain,
dengan kata lain sebagai warga masyarakat hendaknya sungguh
berpartisipasi dalam kehidupan bermasyarakat, tidak mengurung diri di
rumah, apalagi pintu gerbang rumah ditutup rapat serta dijaga anjing
yang galak. Keterbukaan rumah bagi orang lain akan sangat membantu
dalam pendidikan dan pembinaan anak-anak, sebagaimana saya alami bahwa
orangtua saya senantiasa membuka diri atas kedatangan orang lain,
termasuk anak-anak sebaya teman saya, sehingga mendorong saya untuk
menjadi imam, hidup bagi orang lain. Dengan kata lain kami berharap
agar anak-anak dididik dan dibina dalam hal kepekaan social, peka akan
kehidupan orang lain di lingkungan hidupnya.
"Haleluya! Nyanyikanlah bagi TUHAN nyanyian baru! Pujilah Dia dalam
jemaah orang-orang saleh. Biarlah Israel bersukacita atas Yang
menjadikannya, biarlah bani Sion bersorak-sorak atas raja mereka!
Biarlah mereka memuji-muji nama-Nya dengan tari-tarian, biarlah mereka
bermazmur kepada-Nya dengan rebana dan kecapi! Sebab TUHAN berkenan
kepada umat-Nya, Ia memahkotai orang-orang yang rendah hati dengan
keselamatan" (Mzm 149:1-4)
Ign 6 Mei 2013
"Jikalau Penghibur yang akan Kuutus dari Bapa datang, yaitu Roh
Kebenaran yang keluar dari Bapa, Ia akan bersaksi tentang Aku. Tetapi
kamu juga harus bersaksi, karena kamu dari semula bersama-sama dengan
Aku." "Semuanya ini Kukatakan kepadamu, supaya kamu jangan kecewa dan
menolak Aku. Kamu akan dikucilkan, bahkan akan datang saatnya bahwa
setiap orang yang membunuh kamu akan menyangka bahwa ia berbuat bakti
bagi Allah. Mereka akan berbuat demikian, karena mereka tidak mengenal
baik Bapa maupun Aku. Tetapi semuanya ini Kukatakan kepadamu, supaya
apabila datang saatnya kamu ingat, bahwa Aku telah mengatakannya
kepadamu."(Yoh 15:26-16:4a), demikian kutipan Warta Gembira hari ini
Berrefleksi atas bacaan-bacaan hari ini saya sampaikan catatan-catatan
sederhana sebagai berikut:
• Hidup beriman berarti membaktikan diri sepenuhnya kepada Tuhan,
sehingga kapan pun dan dimana pun senantiasa hidup dan bertindak
bersama dan bersatu dengan Tuhan. Sabda Yesus hari ini mengingatkan
dan mengajak kita semua agar kita tidak takut memberi kesaksian
kesatuan dan kebersamaan kita dengan Tuhan. Kesaksian merupakan cara
pewartaan utama dan pertama bagi kita semua yang mendambakan
mewartakan iman kepercayaan kita pada Tuhan kepada orang lain, bukan
kata-kata atau omongan. Pengalaman menunjukkan bahwa banyak orang
semakin beriman, semakin membaktikan diri kepada Tuhan, karena melihat
orang yang sungguh menghayati imannya dalam cara hidup dan cara
bertindak. Kami berharap kepada para orangtua dapat menjadi teladan
hidup beriman bagi anak-anaknya, dan tentu saja juga mendidik dan
membina anak-anak untuk menjadi saksi iman bagi teman-temannya. Kepada
kita semua kami harapkan sungguh menjadi saksi iman serta lebih
melihat kesaksian iman orang lain alias kebaikan dan keunggulannya
dari pada kejahatan dan kelemahannya. Marilah kita ingat peringatan
Yakobus bahwa iman tanpa perbuatan adalah mati. Semoga kita semua
dalam dan dengan semangat iman hidup bermasyarakat, berbangsa dan
bernegara, sehingga kehidupan bersama sebagai warganegara atau warga
masyarakat dalam keadaan damai sejahtera, selamat dan bahagia,
sebagaima kita dambakan. Cara hidup dan cara bertindak kita hendaknya
menjadi penghiburan bagi orang lain, sepak terjang dan gerak-gerik
kita dimana pun dan kapan pun senantiasa membahagiakan dan menghibur
orang lain, sehingga mereka semakin bergairah dalam hidup beriman.
• "Seorang dari perempuan-perempuan itu yang bernama Lidia turut
mendengarkan. Ia seorang penjual kain ungu dari kota Tiatira, yang
beribadah kepada Allah. Tuhan membuka hatinya, sehingga ia
memperhatikan apa yang dikatakan oleh Paulus. Sesudah ia dibaptis
bersama-sama dengan seisi rumahnya, ia mengajak kami, katanya: "Jika
kamu berpendapat, bahwa aku sungguh-sungguh percaya kepada Tuhan,
marilah menumpang di rumahku." Ia mendesak sampai kami menerimanya."
(Kis 16:14-15). Perempuan pada umumnya lebih memiliki kepekaan untuk
mendengarkan daripada laki-laki, demikian juga dalam kegiatan
lingkungan seperti doa bersama pada umumnya lebih banyak kaum
perempuan atau ibu yang hadir daripada laki-laki atau bapak. Dalam
kutipan di atas ini dikisahkan bahwa seorang bernama Lidia membuka
hatinya kepada Tuhan, 'sehingga ia memperhatikan apa yang dikatakan
oleh Paulus'. Membuka hati serta memperhatikan apa yang dikatakan
orang lain itulah kiranya yang harus kita lakukan masa kini, dengan
kata lain marilah saling mendengarkan satu sama lain dalam dan dengan
keterbukaan hati dan kerendahan hati. Sebagai umat beriman kiranya
kita juga dapat meneladan Lidia yang membuka rumahnya bagi orang lain,
dengan kata lain sebagai warga masyarakat hendaknya sungguh
berpartisipasi dalam kehidupan bermasyarakat, tidak mengurung diri di
rumah, apalagi pintu gerbang rumah ditutup rapat serta dijaga anjing
yang galak. Keterbukaan rumah bagi orang lain akan sangat membantu
dalam pendidikan dan pembinaan anak-anak, sebagaimana saya alami bahwa
orangtua saya senantiasa membuka diri atas kedatangan orang lain,
termasuk anak-anak sebaya teman saya, sehingga mendorong saya untuk
menjadi imam, hidup bagi orang lain. Dengan kata lain kami berharap
agar anak-anak dididik dan dibina dalam hal kepekaan social, peka akan
kehidupan orang lain di lingkungan hidupnya.
"Haleluya! Nyanyikanlah bagi TUHAN nyanyian baru! Pujilah Dia dalam
jemaah orang-orang saleh. Biarlah Israel bersukacita atas Yang
menjadikannya, biarlah bani Sion bersorak-sorak atas raja mereka!
Biarlah mereka memuji-muji nama-Nya dengan tari-tarian, biarlah mereka
bermazmur kepada-Nya dengan rebana dan kecapi! Sebab TUHAN berkenan
kepada umat-Nya, Ia memahkotai orang-orang yang rendah hati dengan
keselamatan" (Mzm 149:1-4)
Ign 6 Mei 2013
0 komentar:
Posting Komentar