Minggu Paskah IV/Panggilan: Kis 13:14.43-52; Why 7:9.14b-17; Yoh 10:27-30
"Domba-domba-Ku mendengarkan suara-Ku dan Aku mengenal mereka dan mereka mengikut Aku"
Kehidupan terpanggil pada masa kini sungguh mengalami kemerosotan yang memprihatinkan. Panggilan hidup imamat, bruder atau suster mengalami kemerosotan baik dalam hal jumlah/ kwantitas maupun mutu/kwalitas, panggilan hidup berkeluarga mungkin dalam jumlah mengalami kenaikan namun dalam hal kwalitas atau mutu juga mengalami kemerosotan. Penghayatan atau pelaksanaan tugas, kewajiban atau pekerjaan pun juga mengalami kemerosotan. Hal itu semua kiranya disebabkan oleh kemerosotan hidup beriman yang marak dalam aneka bidang kehidupan masa kini. Perkembangan dan pertumbuhan sarana komunikasi seperti HP, IPad dan Internet telah menggerogoroti jati diri manusia sebagai makhluk social menjadi egois, yang seharusnya bersikap mental produktif menjadi konsumptif. Budaya instant tak terbendung begitu menguasai atau menjiwai banyak orang, sehingga ada kecenderungan banyak orang hidup dan bertindak lebih mengikuti instink biologis, meninggalkan akal sehat maupun budi pekerti atau moral. Keutamaan `mendengarkan' juga mengalami kemerosotan, dan orang lebih mengutamakan penglihatan, dan yang dilihat pun apa yang sesuai dengan keinginan atau selera pribadi. Maka pada Minggu Paskah IV atau Minggu Panggilan hari ini kami mengajak anda sekalian untuk mawas diri sejauh mana kita memiliki kepekaan mendengarkan Panggilan Tuhan.
"Domba-domba-Ku mendengarkan suara-Ku dan Aku mengenal mereka dan mereka mengikut Aku, dan Aku memberikan hidup yang kekal kepada mereka dan mereka pasti tidak akan binasa sampai selama-lamanya dan seorang pun tidak akan merebut mereka dari tangan-Ku" (Yoh 10:27-28)
Tak kenal maka tidak sayang, demikian kata sebuah pepatah, dan orang yang saling mengenal serta menyayangi pada umumnya agar tergerak untuk saling memberikan diri. Namun pertama-tama dan terutama saya mengingatkan para gembala (uskup dan rekan-rekan imam/pastor) untuk sungguh-sungguh memberikan atau membaktikan diri sepenuhnya kepada umat Allah yang harus dilayani. Ketika para gembala sungguh membaktikan diri kepada umat, maka kiranya umat dengan senang hati akan mendengarkan aneka saran, ajakan, pengajaran dari para gembala. Tentu saja agar dapat membaktikan diri sepenuhnya kepada umat serta pembaktian mengena atau tepat, pertama-tama para gembala diharapkan sungguh mendengarkan suka-duka umat Allah, dengan kata lain para gembala diharapkan dapat menjadi teladan dalam hal mendengarkan.
Saling mendengarkan antara para gembala dan domba, uskup/pastor dan umat Allah, hendaknya sungguh diperdalam dan diperkembangkan. Selanjutnya kami mengajak semuanya untuk memperdalam dan memperkembangkan dalam mendengarkan bisikan dan panggilan Allah, secara khusus kami mendambakan semoga generasi muda atau anak-anak sungguh mendengarkan bisikan dan panggilan Allah, siapa tahu di antara anda akhirnya tergerak untuk menjadi imam, bruder atau suster. Kepada para orangtua kami harapkan ketika ada salah satu anaknya tergerak menjadi imam, bruder atau suster mendukungnya bukan mempersulit atau melarangnya. Imam. bruder atau suster berasal dari keluarga dan akhirnya melayani keluarga-keluarga juga.
Dalam rangka berpartisipasi dalam Minggu Panggilan hari ini kami mengajak pentingnya perhatian terhadap keluarga-keluarga, dengan kata lain pelayanan pastoral bagi keluarga-keluarga hendaknya mendapat perhatian yang memadai. Rekan-rekan imam, bruder dan suster kami ajak untuk mawas diri bahwa masing-masing dari kita sungguh berasal dari keluarga yang baik, sehingga orangtua dan saudara-saudari kita mendukung panggilan kita. Maka selanjutnya dalam pelayanan karya pastoral apapun kami mengajak rekan-rekan imam, bruder dan suster untuk memperhatikan keluarga-keluarga, yang berpartisipasi dalam pelayanan pastoral anda, maupun mereka yang mempercayakan anak-anaknya kepada kita, misalnya di sekolah-sekolah katolik. Pelayanan pastoral di sekolah-sekolah hendaknya tidak terbatas pada para peserta didik saja, tetapi juga orangtua atau keluarga para peserta didik. Ingatlah dan sadari bahwa orangtua adalah pendidik utama dan pertama bagi anak-anaknya, maka pengelola dan penyelenggara maupun pelaksana karya pendidikan atau sekolah kami harapkan bekerjasama dengan para orangtua peserta didik.
"Memang kepada kamulah firman Allah harus diberitakan lebih dahulu, tetapi kamu menolaknya dan menganggap dirimu tidak layak untuk beroleh hidup yang kekal. Karena itu kami berpaling kepada bangsa-bangsa lain. Sebab inilah yang diperintahkan kepada kami: Aku telah menentukan engkau menjadi terang bagi bangsa-bangsa yang tidak mengenal Allah, supaya engkau membawa keselamatan sampai ke ujung bumi." (Kis 13;46-47)
Kutipan di atas ini adalah kata-kata Paulus dan Barnabas, rasul agung. Setelah bertobat dari Saulus menjadi Paulus, Paulus memang giat dan bekerja keras mewartakan firman Allah, pewartaannya lebih terarah kepada `bangsa-bangsa yang tidak mengenal Allah'. Maka dengan ini kami mengajak segenap umat yang percaya kepada Yesus Kristus pada umumnya dan secara khusus bagi mereka yang memiliki tugas sebagai pewarta, misalnya para pastor dan katekis/guru agama, untuk setia mewartakan firman Allah sebagaimana tertulis di dalam Kitab Suci serta promosi panggilan untuk menjadi imam/pastor maupun katekis. Cara atau metode promosi yang utama dan pertama-tama adalah kesaksian sebagai yang terpanggil. Untuk itu hendaknya bangga menjadi pastor/imam atau katekis.
Kepada segenap umat Allah yang percaya kepada Yesus Kristus kami ajak juga untuk mewartakan firman Allah kepada rekan hidup di masyarakat maupun di tempat kerja. Dan cara atau metode yang utama dan pertama-tama tidak lain juga kesaksian hidup. Maka jika anda sebagai pelajar atau mahasiswa kami harapkan bangsa sebagai pelajar atau mahasiswa dan dengan demikian belajar dengan giat dan sukses. Kepada mereka yang bekerja di bidang pekerjaan apapun kami harapkan menjadi pekerja yang baik dan sukses. Tanda kesuksesan sebagai pelajar berarti semakin terampil belajar dan sebagai pekerja berarti terampil sebagai pekerja. Kami juga mengingatkan panggilan anda masing-masing, entah sebagai suami-isteri, bruder atau suster, hendaknya dapat menjadi saksi atau teladan sebagai suami-isteri, bruder atau suster, sehingga generasi muda tak takut menanggapi panggilan berkeluarga maupun hidup membiara.
Kepada semuanya kami berharap untuk mendukung panggilan para imam/pastor, entah itu berupa dukungan hidup terpanggil para imam/pastor atau senantiasa mewartakan apa yang baik perihal hidup imam/pastor. Jika ada imam atau pastor yang kelihatan menyeleweng hendaknya ditegor dengan rendah hati atau didoakan. Seluruh umat Allah kami harapkan sering mendoakan para imam/pastor agar setia pada panggilannya. Kerasulan doa pada masa kini sungguh mendesak dan up to date untuk kita hayati dan sebarluaskan. Marilah kita saling mendoakan satu sama lain agar kita semua setia pada panggilan kita masing-masing.
"Beribadahlah kepada TUHAN dengan sukacita, datanglah ke hadapan-Nya dengan sorak-sorai! Ketahuilah, bahwa TUHANlah Allah; Dialah yang menjadikan kita dan punya Dialah kita, umat-Nya dan kawanan domba gembalaan-Nya. Sebab TUHAN itu baik, kasih setia-Nya untuk selama-lamanya, dan kesetiaan-Nya tetap turun-temurun." (Mzm 100:2.3.5)
Ign 21 April 2013
"Domba-domba-Ku mendengarkan suara-Ku dan Aku mengenal mereka dan mereka mengikut Aku"
Kehidupan terpanggil pada masa kini sungguh mengalami kemerosotan yang memprihatinkan. Panggilan hidup imamat, bruder atau suster mengalami kemerosotan baik dalam hal jumlah/ kwantitas maupun mutu/kwalitas, panggilan hidup berkeluarga mungkin dalam jumlah mengalami kenaikan namun dalam hal kwalitas atau mutu juga mengalami kemerosotan. Penghayatan atau pelaksanaan tugas, kewajiban atau pekerjaan pun juga mengalami kemerosotan. Hal itu semua kiranya disebabkan oleh kemerosotan hidup beriman yang marak dalam aneka bidang kehidupan masa kini. Perkembangan dan pertumbuhan sarana komunikasi seperti HP, IPad dan Internet telah menggerogoroti jati diri manusia sebagai makhluk social menjadi egois, yang seharusnya bersikap mental produktif menjadi konsumptif. Budaya instant tak terbendung begitu menguasai atau menjiwai banyak orang, sehingga ada kecenderungan banyak orang hidup dan bertindak lebih mengikuti instink biologis, meninggalkan akal sehat maupun budi pekerti atau moral. Keutamaan `mendengarkan' juga mengalami kemerosotan, dan orang lebih mengutamakan penglihatan, dan yang dilihat pun apa yang sesuai dengan keinginan atau selera pribadi. Maka pada Minggu Paskah IV atau Minggu Panggilan hari ini kami mengajak anda sekalian untuk mawas diri sejauh mana kita memiliki kepekaan mendengarkan Panggilan Tuhan.
"Domba-domba-Ku mendengarkan suara-Ku dan Aku mengenal mereka dan mereka mengikut Aku, dan Aku memberikan hidup yang kekal kepada mereka dan mereka pasti tidak akan binasa sampai selama-lamanya dan seorang pun tidak akan merebut mereka dari tangan-Ku" (Yoh 10:27-28)
Tak kenal maka tidak sayang, demikian kata sebuah pepatah, dan orang yang saling mengenal serta menyayangi pada umumnya agar tergerak untuk saling memberikan diri. Namun pertama-tama dan terutama saya mengingatkan para gembala (uskup dan rekan-rekan imam/pastor) untuk sungguh-sungguh memberikan atau membaktikan diri sepenuhnya kepada umat Allah yang harus dilayani. Ketika para gembala sungguh membaktikan diri kepada umat, maka kiranya umat dengan senang hati akan mendengarkan aneka saran, ajakan, pengajaran dari para gembala. Tentu saja agar dapat membaktikan diri sepenuhnya kepada umat serta pembaktian mengena atau tepat, pertama-tama para gembala diharapkan sungguh mendengarkan suka-duka umat Allah, dengan kata lain para gembala diharapkan dapat menjadi teladan dalam hal mendengarkan.
Saling mendengarkan antara para gembala dan domba, uskup/pastor dan umat Allah, hendaknya sungguh diperdalam dan diperkembangkan. Selanjutnya kami mengajak semuanya untuk memperdalam dan memperkembangkan dalam mendengarkan bisikan dan panggilan Allah, secara khusus kami mendambakan semoga generasi muda atau anak-anak sungguh mendengarkan bisikan dan panggilan Allah, siapa tahu di antara anda akhirnya tergerak untuk menjadi imam, bruder atau suster. Kepada para orangtua kami harapkan ketika ada salah satu anaknya tergerak menjadi imam, bruder atau suster mendukungnya bukan mempersulit atau melarangnya. Imam. bruder atau suster berasal dari keluarga dan akhirnya melayani keluarga-keluarga juga.
Dalam rangka berpartisipasi dalam Minggu Panggilan hari ini kami mengajak pentingnya perhatian terhadap keluarga-keluarga, dengan kata lain pelayanan pastoral bagi keluarga-keluarga hendaknya mendapat perhatian yang memadai. Rekan-rekan imam, bruder dan suster kami ajak untuk mawas diri bahwa masing-masing dari kita sungguh berasal dari keluarga yang baik, sehingga orangtua dan saudara-saudari kita mendukung panggilan kita. Maka selanjutnya dalam pelayanan karya pastoral apapun kami mengajak rekan-rekan imam, bruder dan suster untuk memperhatikan keluarga-keluarga, yang berpartisipasi dalam pelayanan pastoral anda, maupun mereka yang mempercayakan anak-anaknya kepada kita, misalnya di sekolah-sekolah katolik. Pelayanan pastoral di sekolah-sekolah hendaknya tidak terbatas pada para peserta didik saja, tetapi juga orangtua atau keluarga para peserta didik. Ingatlah dan sadari bahwa orangtua adalah pendidik utama dan pertama bagi anak-anaknya, maka pengelola dan penyelenggara maupun pelaksana karya pendidikan atau sekolah kami harapkan bekerjasama dengan para orangtua peserta didik.
"Memang kepada kamulah firman Allah harus diberitakan lebih dahulu, tetapi kamu menolaknya dan menganggap dirimu tidak layak untuk beroleh hidup yang kekal. Karena itu kami berpaling kepada bangsa-bangsa lain. Sebab inilah yang diperintahkan kepada kami: Aku telah menentukan engkau menjadi terang bagi bangsa-bangsa yang tidak mengenal Allah, supaya engkau membawa keselamatan sampai ke ujung bumi." (Kis 13;46-47)
Kutipan di atas ini adalah kata-kata Paulus dan Barnabas, rasul agung. Setelah bertobat dari Saulus menjadi Paulus, Paulus memang giat dan bekerja keras mewartakan firman Allah, pewartaannya lebih terarah kepada `bangsa-bangsa yang tidak mengenal Allah'. Maka dengan ini kami mengajak segenap umat yang percaya kepada Yesus Kristus pada umumnya dan secara khusus bagi mereka yang memiliki tugas sebagai pewarta, misalnya para pastor dan katekis/guru agama, untuk setia mewartakan firman Allah sebagaimana tertulis di dalam Kitab Suci serta promosi panggilan untuk menjadi imam/pastor maupun katekis. Cara atau metode promosi yang utama dan pertama-tama adalah kesaksian sebagai yang terpanggil. Untuk itu hendaknya bangga menjadi pastor/imam atau katekis.
Kepada segenap umat Allah yang percaya kepada Yesus Kristus kami ajak juga untuk mewartakan firman Allah kepada rekan hidup di masyarakat maupun di tempat kerja. Dan cara atau metode yang utama dan pertama-tama tidak lain juga kesaksian hidup. Maka jika anda sebagai pelajar atau mahasiswa kami harapkan bangsa sebagai pelajar atau mahasiswa dan dengan demikian belajar dengan giat dan sukses. Kepada mereka yang bekerja di bidang pekerjaan apapun kami harapkan menjadi pekerja yang baik dan sukses. Tanda kesuksesan sebagai pelajar berarti semakin terampil belajar dan sebagai pekerja berarti terampil sebagai pekerja. Kami juga mengingatkan panggilan anda masing-masing, entah sebagai suami-isteri, bruder atau suster, hendaknya dapat menjadi saksi atau teladan sebagai suami-isteri, bruder atau suster, sehingga generasi muda tak takut menanggapi panggilan berkeluarga maupun hidup membiara.
Kepada semuanya kami berharap untuk mendukung panggilan para imam/pastor, entah itu berupa dukungan hidup terpanggil para imam/pastor atau senantiasa mewartakan apa yang baik perihal hidup imam/pastor. Jika ada imam atau pastor yang kelihatan menyeleweng hendaknya ditegor dengan rendah hati atau didoakan. Seluruh umat Allah kami harapkan sering mendoakan para imam/pastor agar setia pada panggilannya. Kerasulan doa pada masa kini sungguh mendesak dan up to date untuk kita hayati dan sebarluaskan. Marilah kita saling mendoakan satu sama lain agar kita semua setia pada panggilan kita masing-masing.
"Beribadahlah kepada TUHAN dengan sukacita, datanglah ke hadapan-Nya dengan sorak-sorai! Ketahuilah, bahwa TUHANlah Allah; Dialah yang menjadikan kita dan punya Dialah kita, umat-Nya dan kawanan domba gembalaan-Nya. Sebab TUHAN itu baik, kasih setia-Nya untuk selama-lamanya, dan kesetiaan-Nya tetap turun-temurun." (Mzm 100:2.3.5)
Ign 21 April 2013
0 komentar:
Posting Komentar