"Aku datang bukan untuk memanggil orang benar melainkan orang berdosa"
(1Sam 9:1-4.17-19; 10:1a; Mrk 2:13-17)
"Sesudah itu Yesus pergi lagi ke pantai danau, dan seluruh orang banyak datang kepada-Nya, lalu Ia mengajar mereka. Kemudian ketika Ia berjalan lewat di situ, Ia melihat Lewi anak Alfeus duduk di rumah cukai lalu Ia berkata kepadanya: "Ikutlah Aku!" Maka berdirilah Lewi lalu mengikuti Dia. Kemudian ketika Yesus makan di rumah orang itu, banyak pemungut cukai dan orang berdosa makan bersama-sama dengan Dia dan murid-murid-Nya, sebab banyak orang yang mengikuti Dia. Pada waktu ahli-ahli Taurat dari golongan Farisi melihat, bahwa Ia makan dengan pemungut cukai dan orang berdosa itu, berkatalah mereka kepada murid-murid-Nya: "Mengapa Ia makan bersama-sama dengan pemungut cukai dan orang berdosa?" Yesus mendengarnya dan berkata kepada mereka: "Bukan orang sehat yang memerlukan tabib, tetapi orang sakit; Aku datang bukan untuk memanggil orang benar, melainkan orang berdosa." (Mrk 2:13-17), demikian kutipan Warta Gembira hari ini.
Berrefleksi atas bacaan-bacaan hari ini saya sampaikan catatan-catatan sederhana sebagai berikut:
· Yesus adalah Penyelamat Dunia, maka dimana ada bagian dari dunia ini tidak selamat, entah itu manusia, binatang, tanaman atau lingkungan hidup, dan tentu saja terutama manusia, Ia segera menyelamatkannya. Maka ketika para ahli Taurat dan orang Farisi bertanya "Mengapa Ia makan dengan pemungut cukai dan orang berdosa", Ia menanggapinya "Bukan orang sehat yang memerlukan tabib, tetapi orang sakit; Aku datang bukan untuk memanggil orang benar, melainkan orang berdosa". Sebagai orang yang beriman kepadaNya kami mengajak dan mengingatkan anda semua untuk meneladanNya. Marilah kita perhatikan saudara-saudari kita yang tidak selamat, misalnya yang sakit, bodoh, kurangajar, suka berbuat jahat atau melukai hati orang lain dst.. Dengan rendah hati dan dalam cintakasih kita datangi mereka untuk menyembuhkannya. Kami percaya yang kurang atau tidak selamat lebih sedikit daripada yang selamat, maka jika kita yang selamat bekerjasama menyelamatkan mereka yang tidak selamat pasti akan segera beres. Meneladan Yesus berarti juga mengajak kita untuk tidak takut bergaul dengan orang-orang berdosa, tentu saja kita sendiri tidak berdosa dan dengan demikian kehadiran kita di tengah-tengah mereka dapat menyelamatkannya. Secara khusus kami ingatkan mereka yang berkarya di bidang pelayanan pendidikan, kesehatan maupun sosial, untuk sungguh dalam dan dengan rendah hati serta cintakasih berusaha mendekati dan membimbing mereka yang bodoh, kurang ajar, kurang terdidik ataupun sedang menderita sakit phisik. Yang juga tidak kalah penting adalah ermenyelamatkan lingkungan hidup: usahakan dan perteguh agar kebersihan lingkungan hidup sungguh sehat, demikian juga penanaman dan perawatan aneka jenis pohon hendaknya memperoleh perhatian yang memadai.
· " Ketika Samuel melihat Saul, maka berfirmanlah TUHAN kepadanya: "Inilah orang yang Kusebutkan kepadamu itu; orang ini akan memegang tampuk pemerintahan atas umat-Ku."Dalam pada itu Saul, datang mendekati Samuel di tengah pintu gerbang dan berkata: "Maaf, di mana rumah pelihat itu?" Jawab Samuel kepada Saul, katanya: "Akulah pelihat itu. Naiklah mendahului aku ke bukit. Hari ini kamu makan bersama-sama dengan daku; besok pagi aku membiarkan engkau pergi dan aku akan memberitahukan kepadamu segala sesuatu yang ada dalam hatimu" (1Sam 9:17-19). Dari kutipan di atas ini kiranya dapat difahami atau dimengerti bahwa fungsi raja atau pemimpin antara lain adalah utusan atau wakil Tuhan di dunia ini, maka dengan ini kami berharap kepada para 'raja' atau pemimpin untuk sungguh-sungguh menghayati diri sebagai utusan atau wakil Tuhan dalam cara hidup dan cara bertindaknya setiap hari dimana pun dan kapan pun. Sebagai utusan atau wakil Tuhan yang baik berarti senantiasa sejiwa dengan Tuhan dan dengan demikian memiliki visi dan misi untuk menyelamatkan dunia seisinya, terutama manusia, sebagai ciptaan terluhur dan termulia di dunia ini, yang diciptakan sesuai dengan gambar atau citra Tuhan. Para 'raja' atau pemimpin sendiri hendaknya dapat menjadi gambar atau citra Tuhan, sehingga siapapun yang melihat dan bertemu dengan 'raja' atau pemimpin tergerak untuk memuji, memuliakan, menghormati dan mengabdi Tuhan. Untuk itu kami harapkan para 'raja' atau pemimpin menghormati dan menjunjung tinggi hak asasi manusia antara lain kebebasan beragama. Hendaknya usaha untuk mendirikan tempat ibadat maupun beribadat mendapat kemudahan dan tidak dipersulit. Sungguh kontradiktif: izin dan kemudahan membangun hotel atau losmen atau tempat penginapan dipermudah, sedangkan izin mendirikan rumah ibadat dipersulit atau bahkan dilarang, karena jika dicermati hotel, losmen dan tempat ibadat dengan mudah disalahgunakan, yaitu untuk tindakan amoral seperti pelacuran alias melecehkan harkat martabat manusia, sebagai gambar atau citra Tuhan.
"TUHAN, karena kuasa-Mulah raja bersukacita; betapa besar kegirangannya karena kemenangan yang dari pada-Mu! Apa yang menjadi keinginan hatinya telah Kaukaruniakan kepadanya, dan permintaan bibirnya tidak Kautolak.Sebab Engkau menyambut dia dengan berkat melimpah; Engkau menaruh mahkota dari emas tua di atas kepalanya.Hidup dimintanya dari pada-Mu; Engkau memberikannya kepadanya, dan umur panjang untuk seterusnya dan selama-lamanya." (Mzm 21:2-5)
Ign 14 Januari 2012
0 komentar:
Posting Komentar