"Engkau akan mendapat balasnya pada hari kebangkitan orang-orang benar"
(Rm 11:29-36; Luk 14:12-14)
"Yesus berkata juga kepada orang yang mengundang Dia: "Apabila engkau mengadakan perjamuan siang atau perjamuan malam, janganlah engkau mengundang sahabat-sahabatmu atau saudara-saudaramu atau kaum keluargamu atau tetangga-tetanggamu yang kaya, karena mereka akan membalasnya dengan mengundang engkau pula dan dengan demikian engkau mendapat balasnya. Tetapi apabila engkau mengadakan perjamuan, undanglah orang-orang miskin, orang-orang cacat, orang-orang lumpuh dan orang-orang buta. Dan engkau akan berbahagia, karena mereka tidak mempunyai apa-apa untuk membalasnya kepadamu. Sebab engkau akan mendapat balasnya pada hari kebangkitan orang-orang benar." (Luk 14:12-14), demikian kutipan Warta Gembira hari ini.
Berrefleksi atas bacaan-bacaan serta mengenangkan pesta St.Alfonsus Rodriguez, biarawan/bruder Yesuit, hari ini saya sampaikan catatan-catatan sederhana sebagai berikut:
· Alfonsus Rodriguez dikenal sebagai biarawan atau bruder SJ yang sederhana dan pendoa, maka ia boleh dikatakan termasuk orang-orang yang dikehendaki oleh Yesus maupun melaksanakan sabdaNya , sebagaimana disabdakan dalam Warta Gembira hari ini "undanglah orang-orang miskin, orang-orang cacat, orang-orang lumpuh dan orang-orang buta". Tugas utamanya sebagai bruder Yesuit adalah menerima tamu atau menjaga pintu gerbang, dengan demikian ia bertemu dengan aneka macam orang yang datang atau memiliki kepentingan dengan segenap anggota kolese/komunitas dimana ia tinggal dan bekerja. Dengan keramahan dan kerendahan hati ia menerima tamu-tamunya, dan sementara tidak ada tamu ia berdoa untuk mendoakan sahabat-sahabat atau siapapun yang minta didoakan. Dengan kata lain Alfonsus Rodriguez sungguh menjadi 'man for/with others', seluruh hidup dan dirinya dipersembahkan kepada Tuhan melalui sesamanya tanpa pandang bulu. Kita dipanggil untuk meneladannya, dan sesama yang perlu kita perhatikan pada masa kini adalah 'orang-orang miskin, orang-orang cacat, orang-orang lumpuh dan orang-orang buta", dengan kata lain mereka yang miskin dan berkekurangan. Maka marilah kita hayati dan sebarluaskan salah satu prinsip hidup menggereja, yaitu 'preferential option for/with the poor'. Kemiskinan merupakan salah satu keprihatinan yang hendaknya kita tanggapi dengan sungguh-sungguh, karena terjadi keserakahan sementara orang maka banyak orang menjadi semakin miskin. Dari diri kita sendiri hendaknya hidup dan bertindak sederhana, tidak boros dan tidak berfoya-foya.
· "Siapakah yang mengetahui pikiran Tuhan? Atau siapakah yang pernah menjadi penasihat-Nya? Atau siapakah yang pernah memberikan sesuatu kepada-Nya, sehingga Ia harus menggantikannya? Sebab segala sesuatu adalah dari Dia, dan oleh Dia, dan kepada Dia: Bagi Dialah kemuliaan sampai selama-lamanya!" (Rm 11:34-36), demikian kesaksian iman Paulus kepada umat di Roma, kepada kita semua umat beriman. Sebagai orang Kristen atau Katolik sering menerima ejekan dari orang lain bahwa Allah orang Kristen dan Katolik adalah Tiga dengan menyatakan diri Allah Tritunggal. Tidak ada seorang pun di dunia ini yang secara sempurna mengetahui dan memahami siapa itu Allah, melainkan hanya sampai pada gambaran sebagai Yang Maha Kuasa, Maka Kasih, Maha Adil, Maka Pemurah dst.. Sebagai orang Kristen atau Katolik kita menggambarkan Allah sebagai Bapa, maka benarlah kata Paulus bahwa "segala sesuatu adalah dari Dia, dan oleh Dia, dan kepada Dia: Bagi Dialah kemuliaan sampai selamanya". Maaf tanpa bermasksud melecehkan rekan-rekan perempuan dan mungkin sedikit porno: bukankah masing-masing dari kita ada karena kreatifitas dan usaha keras dari sperma yang mencari dan menyatu dengan sel telor. Konon kita ini laki-laki atau perempuan juga ditentukan jenis sperma yang menyatu dengan sel telor. Dalam masyarakat paternalistis peranan bapa/laki-laki dalam keluarga sangat dominan juga, dan semua anggota keluarga seolah-olah tergantung sepenuhnya kepada bapa/ayah. Diri kita dan segala sesuatu yang kita miliki, kuasai dan nikmati sampai saat ini berasal dari Allah, anugerah Allah yang kita terima karena kasih, kemurahan dan kebaikan Allah melalui orang-orang atau siapapun yang mengasihi dan memperhatikan kita. Maka selayaknya kita hidup dan bertindak dengan rendah hati, sebagaimana juga dihayati oleh Alfonsus Rodriguez. Sekali lagi kami ingatkan: semakin tua, semakin tambah usia, semakin berpengalaman, semakin kaya, semakin cerdas atau pandai, semakin suci, dst.. hendaknya semakin rendah hati. Ingat pepatah "bulir/batang padi semakin tua dan berisi semakin menunduk".
"Tetapi aku ini tertindas dan kesakitan, keselamatan dari pada-Mu, ya Allah, kiranya melindungi aku! Aku akan memuji-muji nama Allah dengan nyanyian, mengagungkan Dia dengan nyanyian syukur; Lihatlah, hai orang-orang yang rendah hati, dan bersukacitalah; kamu yang mencari Allah, biarlah hatimu hidup kembali! Sebab TUHAN mendengarkan orang-orang miskin, dan tidak memandang hina orang-orang-Nya dalam tahanan" (Mzm 69:30-31.33-34)
Ign 31 Oktober 2011
0 komentar:
Posting Komentar