Fans Page Facebook http://imankatolik.or.id

imankatolik.or.id on Facebook

Jumat, 19 Agustus 2011

20 Agustus

Barangsiapa terbesar di antara kamu hendaklah ia menjadi pelayanmu

(Rut 2:1-3.8-11; 4:13-17; Mat 23:1-12)


"Maka berkatalah Yesus kepada orang banyak dan kepada murid-murid-Nya, kata-Nya: "Ahli-ahli Taurat dan orang-orang Farisi telah menduduki kursi Musa. Sebab itu turutilah dan lakukanlah segala sesuatu yang mereka ajarkan kepadamu, tetapi janganlah kamu turuti perbuatan-perbuatan mereka, karena mereka mengajarkannya tetapi tidak melakukannya. Mereka mengikat beban-beban berat, lalu meletakkannya di atas bahu orang, tetapi mereka sendiri tidak mau menyentuhnya. Semua pekerjaan yang mereka lakukan hanya dimaksud supaya dilihat orang; mereka memakai tali sembahyang yang lebar dan jumbai yang panjang; mereka suka duduk di tempat terhormat dalam perjamuan dan di tempat terdepan di rumah ibadat; mereka suka menerima penghormatan di pasar dan suka dipanggil Rabi. Tetapi kamu, janganlah kamu disebut Rabi; karena hanya satu Rabimu dan kamu semua adalah saudara." Dan janganlah kamu menyebut siapa pun bapa di bumi ini, karena hanya satu Bapamu, yaitu Dia yang di sorga. Janganlah pula kamu disebut pemimpin, karena hanya satu Pemimpinmu, yaitu Mesias. Barangsiapa terbesar di antara kamu, hendaklah ia menjadi pelayanmu. Dan barangsiapa meninggikan diri, ia akan direndahkan dan barangsiapa merendahkan diri, ia akan ditinggikan." (Mat 23:1-12), demikian kutipan Warta Gembira hari ini Berrefleksi atas bacaan-bacaan serta mengenangkan pesta St.Bernardus, Abas dan Pujangga Gereja, hari ini saya sampaikan catatan-catatan sederhana sebagai berikut:


•       Abas adalah pemimpin atau superior hidup kontempaltif fungsinya sederajat dengan uskup, pembesar atau pemimpin Gereja Katolik di keuskupannya. Para uskup atau gembala kita senantiasa berusaha untuk menjadi hamba atau pelayan umat, maka di dalam doa Syukur Agung uskup senantiasa menyatakan diri sebagai hamba yang hina dina. Sabda Yesus hari ini mengingatkan dan mengajak kita semua yang beriman kepadaNya untuk merendahkan diri; "Barangsiapa terbesar di antara kamu, hendaklah ia menjadi pelayanmu", demikian sabdaNya. Maka marilah kita semua berusaha untuk rendah hati, dan sudah berkali-kali saya mengingatkan agar kita semua rendah hati. "Rendah hati adalah sikap dan perilaku yang tidak suka menonjolkan dan menomorsatukan diri, yaitu dengan menenggang perasaan orang lain. Meskipun pada kenyataannya lebih dari orang lain, ia dapat menahan diri untuk tidak menonjolkan dirinya" (Prof Dr Edi Sedyawati/edit: Pedoman Penanaman Budi Pekerti Luhur, Balai Pustaka-Jakarta 1997, hal 24). Kami berharap rendah hati ini sedini mungkin dididikkan atau dibiasakan pada anak-anak di dalam keluarga dengan teladan konkret para orangtua atau bapak ibu. Penghayatan rendah hati pada masa kini kiranya dapat menjadi nyata dalam cara hidup dan cara bertindak yang tidak mengeluh atau tidak menggerutu dalam menghadapi apa saja yang tidak sesuai dengan selera pribadi. Saya yakin bahwa dalam kehidupan kita sehari-hari cukup banyak hal yang tidak sesuai dengan selera pribadi, dengan kata lain rendah hati dapat kita latih atau biasakan setiap hari dalam hidup sehari-hari. Mengeluh atau menggerutu hemat saya merupakan bentuk kesombongan yang paling halus atau lembut, dan mudah dilakukan oleh siapapun.


•       "Biarkanlah aku pergi ke ladang memungut bulir-bulir jelai di belakang orang yang murah hati kepadaku." (Rut 2:2), demikian kata Rut kepada Naomi. Apa yang dikatakan oleh Rut ini hemat saya merupakan ungkapan hati orang yang rendah hati. "Memungut bulir-bulet jelai di belakang orang yang murah hati" berarti mengumpulkan sisa-sisa panenan jelai gandum. Bukankah hal ini berarti merupakan pekerjaan yang hina? Maka dengan ini kami berharap kepada kita semua untuk tidak malu melakukan pekerjaan-pekerjaan sederhana atau hina seperti menyapu, mengepel, membersihkan toilet  dst.. alias melakukan pekerjaan sehari-hari sesuai dengan kebutuhan hidup kita, sebagaimana sering dilakukan oleh para pembantu rumah tangga dll. Sekiranya anda tidak memiliki kesempatan untuk melakukan pekerjaan tersebut, baiklah kami mengajak anda untuk menghargai dan menghormati para pembantu rumah tangga anda, antara lain tidak mudah memarahi mereka, memberi jaminan kesejahteraan yang memadai alias imbal jasa yang menjamin kehidupan mereka serta keluarganya sehingga dapat hidup sejahtera baik phisik maupun spiritual, lahir maupun batin. Hari-hari ini ada kemungkinan para pembantu anda sudah minta cuti dalam rangka merayakan Idul Fitri, dan anda akan merasa kehilangan sesuatu dengan absennya para pembantu rumah tangga. Jadikanlah pengalaman tersebut menjadi bahan refleksi betapa mahalnya nilai pembantu rumah tangga, betapa besar arti dan kehadiran para pembantu rumah tangga di dalam keluarga kita masing-masing. Memang benar sesuatu akan terasa berharga ketika ia absen atau tidak ada di hadapan kita, sementara itu kita sungguh membutuhkan.


"Berbahagialah setiap orang yang takut akan TUHAN, yang hidup menurut jalan yang ditunjukkan-Nya! Apabila engkau memakan hasil jerih payah tanganmu, berbahagialah engkau dan baiklah keadaanmu! Isterimu akan menjadi seperti pohon anggur yang subur di dalam rumahmu; anak-anakmu seperti tunas pohon zaitun sekeliling mejamu! Sesungguhnya demikianlah akan diberkati orang laki-laki yang takut akan TUHAN." (Mzm 128:1-4)


Ign 20 Agustus 2011

0 komentar: