"Apa yang keluar dari seseorang itulah yang menajiskannya"
(Kej 2: 4b-9.15-17; Mrk 7:14-23)
"Lalu Yesus memanggil lagi orang banyak dan berkata kepada mereka: "Kamu semua, dengarlah kepada-Ku dan camkanlah. Apa pun dari luar, yang masuk ke dalam seseorang, tidak dapat menajiskannya, tetapi apa yang keluar dari seseorang, itulah yang menajiskannya." [Barangsiapa bertelinga untuk mendengar hendaklah ia mendengar!] Sesudah Ia masuk ke sebuah rumah untuk menyingkir dari orang banyak, murid-murid-Nya bertanya kepada-Nya tentang arti perumpamaan itu. Maka jawab-Nya: "Apakah kamu juga tidak dapat memahaminya? Tidak tahukah kamu bahwa segala sesuatu dari luar yang masuk ke dalam seseorang tidak dapat menajiskannya, karena bukan masuk ke dalam hati tetapi ke dalam perutnya, lalu dibuang di jamban?" Dengan demikian Ia menyatakan semua makanan halal. Kata-Nya lagi: "Apa yang keluar dari seseorang, itulah yang menajiskannya, sebab dari dalam, dari hati orang, timbul segala pikiran jahat, percabulan, pencurian, pembunuhan, perzinahan, keserakahan, kejahatan, kelicikan, hawa nafsu, iri hati, hujat, kesombongan, kebebalan. Semua hal-hal jahat ini timbul dari dalam dan menajiskan orang." (Mrk 7:14-23), demikian kutipan Warta Gembira hari ini.
Berrefleksi atas bacaan-bacaan hari ini saya sampaikan catatan-catatan sederhana sebagai berikut:
· Apa yang masuk ke dalam atau mendatangi diri kita, entah itu makanan, minuman, udara segar, kata-kata, sapaan atau sentuhan dari luar/orang lain, hemat saya merupakan wujud kasih Allah kepada kita melalui orang-orang yang berbuat baik atau memperhatikan kita maupun alam raya yang kaya akan sumber kehidupan ini. Sebaliknya yang keluar dari kita sering merupakan dosa atau melawan kasih Allah, misalnya "segala pikiran jahat, percabulan, pencurian, pembunuhan, perzinahan, keserakahan, kejahatan, kelicikan, hawa nafsu, iri hati, hojat, kesombongan, kebebalan". Maka baiklah hendaknya kita senantiasa dengan rendah hati, syukur dan terima kasih ketika menerima aneka macam masukan dari orang lain mapun alam raya ini, dan kita hindari aneka macam bentuk kenajisan keluar dari hati kita masing-masing, entah melalui kata-kata, tindakan, sikap atau penampilan diri. Kami juga mengingatkan kita semua: hendaknya senantiasa menghadirkan diri sedemikian rupa sehingga tidak merangsang orang lain untuk berbuat jahat atau melakukan dosa, misalnya cara berpakaian dengan segala assesori atau hiasannya, penempatan aneka macam harta benda atau uang dst.. Entah dengan kata-kata, sikap atau tindakan hendaknya jangan merangsang orang lain untuk berbuat jahat alias menjadi batu sandungan bagi orang lain untuk berbuat jahat. Sebagaimana saya katakan diatas bahwa yang masuk ke dalam diri kita merupakan kasih Allah, maka baiklah kita wujudkan terima kasih dan syukur kita kepada Allah melalui saudara-saudari kita dengan senantiasa berbuat baik kepada mereka.
· "Semua pohon dalam taman ini boleh kaumakan buahnya dengan bebas, tetapi pohon pengetahuan tentang yang baik dan yang jahat itu, janganlah kaumakan buahnya, sebab pada hari engkau memakannya, pastilah engkau mati." (Kej 2:16-17) , demikian perintah Allah kepada manusia. Yang ada di taman ini berarti segala sesuatu yang secara resmi dan syah menjadi milik kita, entah itu harta benda/uang, manusia alias dengan kata lain suami atau isteri, dst.. Yang ada di taman tersebut merupakan kasih karunia Allah, maka hendaknya dinikmati dalam kasih Allah juga. Dalam dan oleh kasih anda dapat berbuat apapun, sebagaimana para suami-isteri saling mengasihi. Sedangkan yang disebut dengan 'pohon pengetahuan tentang yang baik dan yang jahat' antara lain harta benda/uang atau milik orang lain. Mengambil atau menikmati milik orang lain tanpa izin dari yang bersangkutan berarti mencuri atau merampok. Ketika anda melakukan tindakan jahat pertama kali tersebut kiranya anda akan sadar perihal apa yang baik dan yang jahat, yang sebelumnya hanya tahu apa yang baik saja. Maaf, ada orang yang mengartikan 'pohon pengetahuan tentang yang baik dan yang jahat' adalah seks atau alat kelamin, misalnya vagina dan penis. Maka menikmati vagina atau penis milik orang lain tanpa izin dari yang bersangkutan jelas berdosa, dan karena alat kelamin sering juga disebut 'kehormatan', maka melecehkan fungsi alat kelamin berarti dosa. Yang kami maksudkan melecehkan alat kelamin adalah hanya demi kenikmatan phisik melulu, bukan partisipasi dalam karya penciptaan Allah. Para suami dan isteri yang dalam hubungan seks hanya demi kenikmatan phisik melulu hemat saya juga melanggar kasih Allah, apalagi sering saya dengar adanya 'pemerkosaan' suami terhadap isteri atau sebaliknya, artinya keinginan hanya sepihak saja bukan saling menginginkan atau menghendaki.
"Semuanya menantikan Engkau, supaya diberikan makanan pada waktunya. Apabila Engkau memberikannya, mereka memungutnya; apabila Engkau membuka tangan-Mu, mereka kenyang oleh kebaikan. Apabila Engkau menyembunyikan wajah-Mu, mereka terkejut; apabila Engkau mengambil roh mereka, mereka mati binasa dan kembali menjadi debu. Apabila Engkau mengirim roh-Mu, mereka tercipta, dan Engkau membaharui muka bumi."(Mzm 104:27-30)
Jakarta, 9 Februari 2011
0 komentar:
Posting Komentar