Fans Page Facebook http://imankatolik.or.id

imankatolik.or.id on Facebook

Rabu, 26 Januari 2011

27 Jan - Ibr 10:19-25; Mrk 4:21-25

"Siapa yang mempunyai kepadanya akan diberi"

(Ibr 10:19-25; Mrk 4:21-25)

 

"Lalu Yesus berkata kepada mereka: "Orang membawa pelita bukan supaya ditempatkan di bawah gantang atau di bawah tempat tidur, melainkan supaya ditaruh di atas kaki dian. Sebab tidak ada sesuatu yang tersembunyi yang tidak akan dinyatakan, dan tidak ada sesuatu yang rahasia yang tidak akan tersingkap. Barangsiapa mempunyai telinga untuk mendengar, hendaklah ia mendengar!" Lalu Ia berkata lagi: "Camkanlah apa yang kamu dengar! Ukuran yang kamu pakai untuk mengukur akan diukurkan kepadamu, dan di samping itu akan ditambah lagi kepadamu. Karena siapa yang mempunyai, kepadanya akan diberi, tetapi siapa yang tidak mempunyai, apa pun juga yang ada padanya akan diambil dari padanya." (Mrk 4:21-25), demikian kutipan Warta Gembira hari ini.

Berrefleksi atas bacaan-bacaan hari ini saya sampaikan catatan-catatan sederhana sebagai berikut:


·   Sikap mental belajar terus-menerus  atau ongoing education/formation, itulah yang hendaknya kita miliki serta sebarluaskan dalam hidup dan kerja bersama. Setelah selesai belajar secara formal di sekolah dan perguruan tinggi serta kemudian bekerja, hendaknya sikap mental belajar tetap menjiwai kerja, artinya bekerja pun kita hayati sebagai belajar. UNESCO pernah mencanangkan empat pilar yang hendaknya menjiwai proses pembelajaran atau pendidikan, yaitu : learning to be, learning to learn, learning to do, learning to live together. Orang yang belajar terus-menerus akan semakin tahu banyak hal alias pandai/cerdas, tetapi juga akan semakin menyadari keterbatasan atau kelemahan dirinya, karena juga semakin tahu banyak hal yang tak mungkin diketahui atau dikuasai. Dengan kata lain berlakulah peribahasa 'tua-tua keladi/bulir padi semakin berisi semakin menunduk', yang tidak lain berarti semakin pandai, cerdas, kaya, berkedudukan, tambah usia, dst.. hendaknya semakin rendah hati. Sikap mental belajar dan rendah hati bagaikan mata uang bermuka dua, dapat dibedakan namun tak dapat dipisahkan: jika mendambakan sukses dalam belajar hendaknya rendah hati, sebaliknya dengan kerendahan hati kita akan sukses dalam belajar. Orang yang rendah hati senantiasa siap sedia dan rela untuk dikasihi: dikembangkan dan dibina terus-menerus sampai mati. Saya mengingatkan siapa saja yang menerima anugerah Tuhan berupa bakat, kemampuan atau keterampilan untuk terus mengembangkannya demi kepentingan umum. Ingat dan hayati bahwa bakat, kemampuan atau keterampilan semakin diberikan kepada orang lain tidak akan berkurang, melainkan semakin bertambah, berkembang dan handal.


·   "Karena itu marilah kita menghadap Allah dengan hati yang tulus ikhlas dan keyakinan iman yang teguh, oleh karena hati kita telah dibersihkan dari hati nurani yang jahat dan tubuh kita telah dibasuh dengan air yang murni. Marilah kita teguh berpegang pada pengakuan tentang pengharapan kita, sebab Ia, yang menjanjikannya, setia."(Ibr 10:22-23). Pengharapan kita yang utama hemat saya adalah kelak ketika dipanggil Tuhan alias meninggal dunia boleh menikmati hidup mulia dan bahagia selamanya bersama Allah di sorga. Maka marilah kita jaga kebersihan hati nurani maupun tubuh kita. Kebersihan hati nurani kiranya tercermin dalam kebersihan tubuh. Yang kami maksudkan dengan 'kebersihan tubuh' adalah senantiasa memfungsikan atau memanfaatkan semua anggota tubuh kita untuk berbuat baik, melakukan apa-apa yang baik, yang berkenan pada kehendak Allah. Dengan kata lain hendaknya tidak pernah menyakiti sedikitpun saudara-saudari kita dengan kata maupun tindakan atau perilaku. Ingat dan hayati bahwa tubuh kita adalah 'bait Roh Kudus' dan masing-masing dari kita dipanggil untuk setia menjadi 'gambar atau citra Allah'. Kami juga berharap kita tidak menyakiti anggota tubuh kita atau merendahkannya, misalnya dengan 'jual diri' sebagai pemuas nafsu seks bagi lawan jenis maupun sejenis. Dengan kata lain kami berharap: rekan-rekan muda-mudi untuk tidak terbius oleh gairah atau nafsu seksual, sehingga melakukan perbuatan asusila, demikian juga kepada para bapak dan ibu, suami dan isteri, untuk setia pada pasangan dan semoga tidak memiliki 'PIL' atau 'WIL'. Salah satu godaan yang mendorong ke pencemaran tubuh tidak lain adalah 'nafsu akan uang/harta benda', maka baiklah kita menggunakan uang atau harta benda sebagai sarana atau wahana untuk semakin menyucikan diri, semakin beriman, semakin mempersembahkan diri seutuhnya kepada Tuhan melalui pelayanan bagi sesama atau saudara-saudari kita.

 

"TUHANlah yang empunya bumi serta segala isinya, dan dunia serta yang diam di dalamnya. Sebab Dialah yang mendasarkannya di atas lautan dan menegakkannya di atas sungai-sungai. "Siapakah yang boleh naik ke atas gunung TUHAN? Siapakah yang boleh berdiri di tempat-Nya yang kudus?" "Orang yang bersih tangannya dan murni hatinya, yang tidak menyerahkan dirinya kepada penipuan" (Mzm 24:1-4b)

 

Jakarta, 27 Januari 2011


0 komentar: