Fans Page Facebook http://imankatolik.or.id

imankatolik.or.id on Facebook

Rabu, 03 November 2010

5 Nov - Flp 3:17-4:1; Luk 16:1-8

"Anak dunia ini lebih cerdik terhadap sesamanya dari pada anak terang"

(Flp 3:17-4:1; Luk 16:1-8)

 

"Yesus berkata kepada murid-murid-Nya: "Ada seorang kaya yang mempunyai seorang bendahara. Kepadanya disampaikan tuduhan, bahwa bendahara itu menghamburkan miliknya. Lalu ia memanggil bendahara itu dan berkata kepadanya: Apakah yang kudengar tentang engkau? Berilah pertanggungan jawab atas urusanmu, sebab engkau tidak boleh lagi bekerja sebagai bendahara. Kata bendahara itu di dalam hatinya: Apakah yang harus aku perbuat? Tuanku memecat aku dari jabatanku sebagai bendahara. Mencangkul aku tidak dapat, mengemis aku malu. Aku tahu apa yang akan aku perbuat, supaya apabila aku dipecat dari jabatanku sebagai bendahara, ada orang yang akan menampung aku di rumah mereka. Lalu ia memanggil seorang demi seorang yang berhutang kepada tuannya. Katanya kepada yang pertama: Berapakah hutangmu kepada tuanku? Jawab orang itu: Seratus tempayan minyak. Lalu katanya kepada orang itu: Inilah surat hutangmu, duduklah dan buat surat hutang lain sekarang juga: Lima puluh tempayan. Kemudian ia berkata kepada yang kedua: Dan berapakah hutangmu? Jawab orang itu: Seratus pikul gandum. Katanya kepada orang itu: Inilah surat hutangmu, buatlah surat hutang lain: Delapan puluh pikul. Lalu tuan itu memuji bendahara yang tidak jujur itu, karena ia telah bertindak dengan cerdik. Sebab anak-anak dunia ini lebih cerdik terhadap sesamanya dari pada anak-anak terang" (Luk 16:1-8), demikian kutipan Warta Gembira hari ini. .

 

Berrefleksi atas bacaan-bacaan hari ini saya sampaikan catatan-catatan sederhana sebagai berikut:

·   Orang pandai menjadi bodoh karena uang, sebaliknya orang bodoh menjadi pandai karena uang, begitulah yang sering terjadi. Juga terjadi orang pandai menjadi kaya raya akan harta benda atau uang dengan membodohi orang lain. Warta Gembira hari ini mengingatkan kita semua perihal kecerdikan orang yang bersikap mental materialistis atau duniawi, yang sering menipu atau mengelabui orang. Mereka yang lemah dalam hal kepribadian, keimanan atau spiritual pada umumnya dengan mudah menjadi korban penipuan yang dilakukan oleh orang-orang cerdik. Maka marilah kita membina diri maupun sesama kita agar memiliki kepribadian dan keimanan yang tangguh, kuat dan handal sehingga tahan terhadap aneka godaan, rayuan dan penipuan. Hendaknya juga jangan bersikap mental materialistis atau duniawi, karena dengan demikian juga dengan mudah ditipu atau dicerdiki orang lain. Marilah kita menjadi 'anak-anak terang', orang-orang yang jujur: jujur terhadap diri sendiri, sesama maupun lingkungan hidup kita. "Jujur adalah sikap dan perilaku yang tidak suka berbohong dan berbuat curang, berkata-kata apa adanya dan berani mengakui kesalahan, serta rela berkorban untuk kebenaran" (Prof Dr Edi Sedyawati/edit: Pedoman Penanaman Budi Pekerti Luhur, Balai Pustaka – Jakarta 1997). Jika kita sungguh hidup dan bertindak jujur kiranya tidak akan mudah ditipu atau dikelabui orang lain. Tentu saja kejujuran ini perlu disertai dengan kesederhanaan dalam hidup dan bertindak.


·   "Saudara-saudara, ikutilah teladanku dan perhatikanlah mereka, yang hidup sama seperti kami yang menjadi teladanmu.Karena, seperti yang telah kerap kali kukatakan kepadamu, dan yang kunyatakan pula sekarang sambil menangis, banyak orang yang hidup sebagai seteru salib Kristus. Kesudahan mereka ialah kebinasaan, Tuhan mereka ialah perut mereka, kemuliaan mereka ialah aib mereka, pikiran mereka semata-mata tertuju kepada perkara duniawi." (Flp 3;17-19), demikian peringatan Paulus kepada umat di Filipi, kepada kita semua umat beriman. Kita diingatkan agar tidak menjadi perut sebagai Tuhan kita maupun perkara duniawi menjadi pikiran kita. Orang yang menjadi perut sebagai Tuhan berarti makan dan minum dengan serakah tanpa aturan dan akibatnya adalah penderitaan atau sakit, demikian juga orang yang hanya memikirkan perkara duniawi akan mudah menjadi stress, tertekan serta marah-marah. Pengalaman menunjukkan bahwa mereka yang hanya memikirkan perkara duniawi ketika kehilangan atau tidak memiliki harta benda atau uang pada umumnya frustrasi, putus asa dan ada kecenderungan untuk bunuh diri atau menghabisi diri sendiri. Marilah meneladan Paulus yang bekerja keras serta hidup sederhana dan senantiasa mewartakan 'salib Kristus' dalam cara hidup dan cara bertindaknya maupun dalam apa yang dikatakannya, bahkan menghayati dirinya bagaikan tanah liat yang mudah dibentuk, dihancurkan dan remuk. Pada masa ini cukup banyak orang berduit makan dan minum seenaknya tanpa memperhatikan kesehatan phisik atau tubuh, apalagi kesehatan rohani atau spiritual, sehingga muncul penyakit seperti kelebihan kolesterol atau trikeserit  dalam darahnya yang membawanya ke kebinasaan. Aneka macam jenis paket atau kemasan makanan maupun minuman yang bersifat instant pada umumnya kurang sehat.

 

"Aku bersukacita, ketika dikatakan orang kepadaku: "Mari kita pergi ke rumah TUHAN." Sekarang kaki kami berdiri di pintu gerbangmu, hai Yerusalem. Hai Yerusalem, yang telah didirikan sebagai kota yang bersambung rapat, ke mana suku-suku berziarah, yakni suku-suku TUHAN, untuk bersyukur kepada nama TUHAN sesuai dengan peraturan bagi Israel. Sebab di sanalah ditaruh kursi-kursi pengadilan, kursi-kursi milik keluarga raja Daud." (Mzm 122:1-5)

Jakarta, 5 November 2010 


0 komentar: