"Rupa bumi dan langit kamu tahu menilainya mengapakah kamu tidak dapat menilai zaman ini?"
(Ef 4:1-6; Luk 12:54-59)
"Yesus berkata pula kepada orang banyak: "Apabila kamu melihat awan naik di sebelah barat, segera kamu berkata: Akan datang hujan, dan hal itu memang terjadi. Dan apabila kamu melihat angin selatan bertiup, kamu berkata: Hari akan panas terik, dan hal itu memang terjadi. Hai orang-orang munafik, rupa bumi dan langit kamu tahu menilainya, mengapakah kamu tidak dapat menilai zaman ini? Dan mengapakah engkau juga tidak memutuskan sendiri apa yang benar? Sebab, jikalau engkau dengan lawanmu pergi menghadap pemerintah, berusahalah berdamai dengan dia selama di tengah jalan, supaya jangan engkau diseretnya kepada hakim dan hakim menyerahkan engkau kepada pembantunya dan pembantu itu melemparkan engkau ke dalam penjara. Aku berkata kepadamu: Engkau tidak akan keluar dari sana, sebelum engkau membayar hutangmu sampai lunas."(Luk 12:54-59), demikian kutipan Warta Gembira hari ini
Berrefleksi atas bacaan-bacaan hari ini saya sampaikan catatan-catatan sederhana sebagai berikut:
· Kepekaan sosial merupakan salah satu keutamaan yang perlu dididikkan sedini mungkin bagi anak-anak, entah di dalam keluarga maupun sekolah-sekolah, dan tentu saja teladan dari para orangtua serta guru atau pendidik sangat dibutuhkan. Kecenderungan kebanyakan orang masa kini lebih ke arah sikap mental egois, kurang peka terhadap saudara-saudarinya, hanya mencari keuntungan atau kenikmatan diri sendiri. "Hai orang-orang munafik, rupa bumi dan langit kamu tahu menilainya, mengapakan kamu tidak dapat menilai zaman ini?", demikian kecaman Yesus terhadap orang-orang munafik. Tanda-tanda zaman antara lain 'pemanasan global' telah diberitakan atau disebarluaskan ke mana-mana melalui aneka macam media, namun kebanyakan orang tidak menyikapi dengan benar atau tepat terhadap pemanasan global tersebut. Hal itu kiranya menggambarkan ketidak-pekaan orang terhadap aneka gejala maupun peristiwa yang terjadi di sekitarnya atau di dalam tubuhnya sendiri. Sabda hari ini kiranya mengajak dan mengingatkan kita semua pentingnya mengenal diri dengan baik dan memadai, sehingga dapat menempatkan diri dengan tepat dalam kehidupan bersama dimanapun dan kapanpun. Salah satu cara untuk lebih mengenal diri antara lain telah diusahakan oleh beberapa sekolah-sekolah katolik di kota-kota besar dengan menyelenggarakan 'live in' bagi para siswa atau peserta didik, tinggal dan hidup bersama untuk beberapa waktu dengan mereka yang miskin dan berkekurangan di desa-desa atau pelosok-pelosok. Pengalaman menunjukkan bahwa cukup banyak siswa atau peserta didik dapat melihat nilai-nilai atau keutamaan-keutamaan hidup yang tidak mereka temukan atau alami selama tinggal di kota, antara lain disiplin, matiraga, kerja keras, tidak mudah mengeluh,, persaudaraan sejati, dll.. Maka baiklah gerakan semacam 'live in' ini sering diusahakan atau diselenggarakan, entah secara pribadi atau bersama-sama.
· "Hendaklah kamu selalu rendah hati, lemah lembut, dan sabar. Tunjukkanlah kasihmu dalam hal saling membantu. Dan berusahalah memelihara kesatuan Roh oleh ikatan damai sejahtera: satu tubuh, dan satu Roh, sebagaimana kamu telah dipanggil kepada satu pengharapan yang terkandung dalam panggilanmu, satu Tuhan, satu iman, satu baptisan, satu Allah dan Bapa dari semua, Allah yang di atas semua dan oleh semua dan di dalam semua"(Ef 4:2-6), demikian ajakan atau peringatan Paulus kepada umat di Efesus, kepada kita semua umat beriman, khususnya yang beriman kepada Yesus Kristus. Marilah ajakan ini kita laksanakan bersama-sama. Kita diajak dan diingatkan untuk senantiasa hidup dalam persaudaraan atau persahabatan sejati dengan siapapun dan dimanapun. Persaudaraan atau persahabatan sejati kiranya mendesak untuk kita hayati dan sebarluaskan pada masa kini, mengingat dan memperhatikan masih maraknya aneka pertentangan, permusuhan, tawuran di sana-sini antar suku, agama, desa, dst., sebagaimana sering dapat kita saksikan dalam aneka pemberitaan di media elektronik/TV. Marilah kita saling membantu dengan rendah hati, lemah lembut dan sabar. Sering kita dengarkan bahwa semua agama mengajarkan cintakasih, namun ada sementara orang atas nama agama mencederai atau melukai orang lain seenaknya. Kelompok-kelompok garis keras di beberapa agama mempersulit kegiatan agama lain. Mendirikan rumah ibadat lebih sulit daripada ruko atau losmen, yang sering digunakan untuk panti pijat atau pelacuran. Kami berharap kepada kita semua untuk menghadapi dan menyikapi kelompok-kelompok garis keras tersebut dengan rendah hati, lemah lembut dan sabar. Percayalah dan imanilah bahwa kerendahan hati, kelemah-lembutan dan kesabaran pasti dapat mengalahkan aneka bentuk kekerasan yang mengarah ke permusuhan atau tawuran dan pertentangan serta balas dendam.
"TUHANlah yang empunya bumi serta segala isinya, dan dunia serta yang diam di dalamnya. Sebab Dialah yang mendasarkannya di atas lautan dan menegakkannya di atas sungai-sungai."Siapakah yang boleh naik ke atas gunung TUHAN? Siapakah yang boleh berdiri di tempat-Nya yang kudus?" "Orang yang bersih tangannya dan murni hatinya, yang tidak menyerahkan dirinya kepada penipuan, dan yang tidak bersumpah palsu. Dialah yang akan menerima berkat dari TUHAN dan keadilan dari Allah yang menyelamatkan dia." (Mzm 24:1-5)
.
Jakarta, 22 Oktober 2010
0 komentar:
Posting Komentar