"Dalam dunia kamu menderita penganiayaan tetapi kuatkanlah hatimu "
(Kis 19:1-8; Yoh 16:29-33)
"Kata murid-murid-Nya: "Lihat, sekarang Engkau terus terang berkata-kata dan Engkau tidak memakai kiasan. Sekarang kami tahu, bahwa Engkau mengetahui segala sesuatu dan tidak perlu orang bertanya kepada-Mu. Karena itu kami percaya, bahwa Engkau datang dari Allah." Jawab Yesus kepada mereka: "Percayakah kamu sekarang? Lihat, saatnya datang, bahkan sudah datang, bahwa kamu diceraiberaikan masing-masing ke tempatnya sendiri dan kamu meninggalkan Aku seorang diri. Namun Aku tidak seorang diri, sebab Bapa menyertai Aku. Semuanya itu Kukatakan kepadamu, supaya kamu beroleh damai sejahtera dalam Aku. Dalam dunia kamu menderita penganiayaan, tetapi kuatkanlah hatimu, Aku telah mengalahkan dunia." (Yoh 16:29-33), demikian kutipan Warta Gembira hari ini.
Berrefleksi atas bacaan-bacaan hari ini saya sampaikan catatan-catatan sederhana sebagai berikut:
· Setia pada iman atau ajaran agama di tengah-tengah kehidupan bersama yang masih diwarnai oleh aneka macam bentuk kemerosotan moral hampir di semua bidang kehidupan masa kini, kiranya tak akan terlepas dari aneka penderitaan. Sebagai murid atau pengikut Yesus Kristus di beberapa tempat di Indonesia saat ini harus menghadapi aneka tekanan dan derita dari mereka yang tidak suka terhadap kita, yang beriman kepada Yesus Kristus. Setia pada iman atau ajaran agama pada masa kini antara lain dapat kita hayati dengan setia pada panggilan kita masing-masing dengan segala konsekwensi maupun tuntutannya, entah terpanggil sebagai suami-isteri, imam, bruder atau suster. Tanpa bermaksud mengesampingkan panggilan sebagai imam, bruder atau suster, kami mengajak dan mengingatkan pentingnya kesetiaan suami-isteri untuk saling mengasihi sampai mati baik dalam untung maupun malang, sehat maupun sakit, sebagaimana pernah dijanjikan pada awal membangun keluarga, ketika saling menerimakan Sakramen Perkawinan. Mengapa kami mengangkat masalah hidup berkeluarga, karena apa yang dialami dan diperoleh dalam dan melalui keluarga akan menjadi modal dan bekal dalam hidup terpanggil menjadi imam, bruder atau suster maupun hidup berkeluarga bagi anak-anak. Maka dengan ini kami sungguh mendambakan agar suami-isteri setia satu sama lain dalam saling mengasihi sampai mati. Godaan-godaan duniawi yang berusaha menggerogoti kesetiaan hidup berkeluarga memang cukup banyak, tetapi marilah kita imani penyertaan atau pendampingan Yesus, yang telah bangkit dari mati, melalui RohNya, sebagaimana pesanNya: "Kuatkanlah hatimu, Aku telah mengalahkan dunia".
· "Ketika Paulus menumpangkan tangan di atas mereka, turunlah Roh Kudus ke atas mereka, dan mulailah mereka berkata-kata dalam bahasa roh dan bernubuat" (Kis 19:6). Roh Kudus juga telah dianugerahkan kepada kita secara liturgis ketika menerima Sakramen Krisma. Dengan menerima Sakramen Krisma diharapkan telah menjadi dewasa dalam hal iman, sehingga dapat berkata-kata dalam roh dan bernubuat. Berkata-kata dalam roh tidak berarti tidak dimengerti atau dipahami orang lain, tetapi dapat dipahami atau dimengerti orang lain. Memang yang penting bukan kata-kata melainkan perbuatan atau tindakan, maka mereka yang dapat berkata-kata dalam roh berarti melalui cara hidup atau cara bertindaknya lahirlah keutamaan-keutamaan seperti "kasih, sukacita, damai sejahtera, kesabaran, kemurahan, kebaikan, kesetiaan, kelemahlembutan, penguasaan diri" (Gal 5:22-23), atau siapapun yang dapat berkata-kata dalam roh akan menghayati keutamaan-keutamaan sebagai buah roh di atas ini. Orang yang menghayati keutamaan-keutamaan di atas ini juga akan mampu bernubuat artinya meraba-raba atau melihat apa yang kiranya akan terjadi. Jika orang mampu meraba-raba atau melihat apa yang akan terjadi dengan baik dan tepat, maka ia akan berjalan selamat, menelusuri jalan hidup atau panggilan dengan damai, selamat dan sejahtera. Berbahasa dalam roh dan hidup baik atau berbudi pekerti luhur bagaikan mata uang bermuka dua, dapat dibedakan namun tak dapat dipisahkan. Marilah kita saling membantu dan mengingatkan untuk setia hidup baik dan berbudi pekerti luhur, saling menguatkan dan meneguhkan dalam menghadapi aneka macam godaan atau rayuan duniawi yang mencelakakan keselamatan jiwa. Hendaknya senantiasa diusahakan keselamatan jiwa, meskipun untuk itu kita harus menderita, kerja keras, berjuang dan berkorban.
"Allah bangkit, maka terseraklah musuh-musuh-Nya, orang-orang yang membenci Dia melarikan diri dari hadapan-Nya. Seperti asap hilang tertiup, seperti lilin meleleh di depan api, demikianlah orang-orang fasik binasa di hadapan Allah. Tetapi orang-orang benar bersukacita, mereka beria-ria di hadapan Allah, bergembira dan bersukacita.Bernyanyilah bagi Allah, mazmurkanlah nama-Nya, buatlah jalan bagi Dia yang berkendaraan melintasi awan-awan! Nama-Nya ialah TUHAN; beria-rialah di hadapan-Nya!"
(Mzm 68:2-5)
Jakarta, 17 Mei 2010
0 komentar:
Posting Komentar